tag:blogger.com,1999:blog-9266227117351336682024-02-20T05:03:27.428-08:00Ndamar Kanginan- Otak suka nyaring -tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comBlogger38125tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-7366525495816256462015-04-12T09:03:00.000-07:002015-04-12T09:03:03.531-07:00Catatan Lanjutan<div style="text-align: justify;">
Catatan lanjutan.<br />Gelap ini bercerita. Emosi yang ditahan meletup. Ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Ya.. letupan emosi sebuah lelaki yang hanya berasap beberapa menit saja. Sebab gejolak frekuensi wifi yang tiap hari ditatapnya.<br />Kali ini lelaki ini menyadari letupannya pada tempatnya. Iya, sedikit sopan pada kondisi. Ini benar-benar bergetar di sekujur tubuh. Mempengaruhi pola pikir seperti gangguan oleh fiber optic yang tiap hari diliatnya. Sebagian lelaki ini menahan letupannya namun sebagian lagi ingin ledakan. Mungkin ini akan menjadi berita. <br />Tetap saja lelaki ini belum mengetahui hakikat ledakan yang diinginkannya. Mungkin kepalanya lapar dan lelah.</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-69833614134318979222015-04-12T00:21:00.000-07:002015-04-12T00:21:53.216-07:00Menyesali sesal, bagaimana ?<div style="text-align: justify;">
Hai pembaca yang entah darimana. Aku sedang ingin menulis beberapa catatan untuk waktu ini. Sepertinya ini akan sedikit berlebih kedengarannya tapi sudahlah aku tetap akan menulis.<br />Waktu ini penuh catatan. Catatan pelajaran banyak hal. Bersyukur, menerima, ego, naif. Kebersamaan yang saling melawan dibeberapa menit, saling tersenyum dibeberapa detik. Waktu ini sebuah lelaki setengah jaman, aku. Menyadari sebuah pengorbanan dan setia. Mungkin ini masih satu family dengan sabar, aku yakin setelah menyadari ketika kehilangan itu. Ups, lebih tepatnya hanya sebentar yang seolah. Ah.. sepertinya ini hanya kekhawatiran saja.<br /><br />Idealisme yang berlebih, kalau kata pasangan pemuda bercinta saat ini akan menjadi "protectif". Korelasinya dimana ? Semua ingin dalam sebuah idealisme bermuara pada batasan-batasan yang tak mau keluar dari idealisme ini. ya.. mungkin idealisme yang dipunyai lelaki ini sejalan dengan asas dasar spiritual yang didapatkannya. Begitu kuat dan angkuh. Begitu tegak dan congkak. Tak mau condong dengan angin. Entah setan mana yang selalu menopang idealisme macam sup sayur campur-campur. Aku yakin penganut abdi rawon setan juga akan jijik melihatnya saja. Tapi tetap saja lelaki ini membawanya kapanpun. Aneh dan tolol sepertinya tak bisa dibedakan untuk beberapa kapan.<br /><br />Tertimpa durian jatuh. Sepertinya bukan durian yang dinikmati lelaki ini padahal perutnya belum terisi meski tidak lapar setidaknya disimpan untuk makan malam. Melainkan tidakan durian yang mengenai batasan-batasan idealisme sup sayur campur-campur yang dibawanya, sebuah lelaki enggan menyimpanya. Penulis pun masih bingung mengatakan ini aneh atau tolol. Padahal penulis yakin hati sebuah lelaki ingin menggerakkan tangannya yang dibatasi idealisme sup sayur campur-campur. Separuh tubuhku kesemutan tiba-tiba.<br /><br />Seperti pesan akhir dari khutbah-khutbah penyampai ayat yang sering sebuah lelaki dengar. Bersyukur. Kata dan kalimat ini sering didengar olehnya juga aku dan penulis. Namun tak berbekas sepertinya. Apa mungkin frekuensi spektrum suara tak dapat diterima pendengaran mereka. Penulis juga masih bingung, sebenarnya pendengarannya ada di telinga atau di hati mereka. <br /><br />Akhirnya penulis menyadari dengan penuh sedih. Bersyukur melemahkan segalanya. Bersyukur adalah momentum yang meledakkan dinding-dinding keras, merobohkan tiang-tiang tinggi. Iqro' anak muda, tiap benda mempunyai prosesnya masing-masing.</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-78856571461043223232014-07-20T09:25:00.000-07:002014-07-20T09:25:22.132-07:00Sebuah Catatan [bagian 1]Sebuah Catatan.<br /><br />Anggap saja ini curhat. Baris kedua setelah aku bercerita dengan Tuhanku untuk sebuah gelombang yang selalu dinamik. Masih pada sebuah keyakinan bahwa akan ada sebuah jawaban dari tiap pertanyaan.<br />Aku memilih untuk menikmati sebuah kejutan masa depan, memilih untuk melewati labirin-labirin yang entah sampai dimana. Menyimpan paradigma-paradigma yang ku susun dengan sadar.<br />Memperbaiki tiap kesalahan dari sebuah pilihan. Mereka bilang mengalir saja, sedang aku manusia yang begitu saja mudah. Mereka bilang ikuti saja, sedang aku tipe membaca. <br />Saat dimana aku mendapati sebuah ruang, seperti paradigma yang tersimpan. Mereka ingin dibaca kembali atau hanya sebuah godaan ? Mereka bilang ini jawaban, sedang aku masih membaca.<br />Masih pada sebuah ruang. Untuk sebuah putih yang terbaca ini menjadi. Sepertinya aku akan larut pada sebuah surga tempurung manusia, Aku harus kembali.tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-351464977718570832014-05-06T10:42:00.002-07:002014-05-06T10:42:27.624-07:00Kekerasan Seksual akibat kurang pendidikan akhlak<div style="text-align: justify;">
<style type="text/css">P { margin-bottom: 0.08in; }</style>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRoOdLiGf8jaQ6-MHcRQoG5P50wewI9hHLpKzYeb3HeVJAhlqS1OpC1yoBjT1ImV8LxzendomAuJXGqGTaMzgmIqjJk4l2VuKAwDnGQbS6gV_PFcigEvQhu9OGN9qwk76iU-sD4BKzociJ/s1600/pendidikan.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRoOdLiGf8jaQ6-MHcRQoG5P50wewI9hHLpKzYeb3HeVJAhlqS1OpC1yoBjT1ImV8LxzendomAuJXGqGTaMzgmIqjJk4l2VuKAwDnGQbS6gV_PFcigEvQhu9OGN9qwk76iU-sD4BKzociJ/s1600/pendidikan.png" height="316" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Selasa 06 Mei 2014, sudah lebih dari 3
kali aku melihat tayangan TV yang memberitakan kekerasan seksual pada
anak atau mereka bilang fedofil anak. Melalui tulisan ini aku turut
sedih dengan kondisi masyarakat di NKRI ini. Melalui tulisan ini aku
kembali sedih dengan cobaan di NKRI tercinta ini. Melalui tulisan ini
aku semakin sedih dengan abu-abu hukum di Indonesia ini.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Melalui tulisan ini aku turut
menanggapi permasalahan tersebut meski sudah banyak orang-orang lebih
dari saya telah menanggapi ini di berbagai stasiun tv. Ada permasalah
mendasar (menurutku) yang aku amati dari kasus pedofil anak. Adalah
moral, etika, akhlak, dan budi pekerti yang kurang tepat. Dimana?
Yakni pada penerapan.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kemudian apa yang kurang tepat dari
penerapan ? Adalah landasan dari penerapan itu. Yakni pedoman,
“aturan”, atau <i>rule</i><span style="font-style: normal;">.
Pedoman yang bagaimana? Sesuai dengan UUD </span><span style="font-style: normal;">19</span><span style="font-style: normal;">45
</span><span style="font-style: normal;">(versi amandemen) pasal 31
ayat 3</span><span style="font-style: normal;"> yang berbunyi
</span><span style="font-style: normal;">“</span><i>Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.</i><span style="font-style: normal;">” pasal 31 ayat
5 yang berbunyi “</span><i>Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.</i><span style="font-style: normal;">”.</span></div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Pertanyaannya
adalah apakah pedoman dasar Indonesia untuk pendidikan yang telah
kita baca di atas benar-benar telah dilaksanakan dalam sebuah
langkah/perbuatan/misi untuk mencapainya ? Saya yakin tidak. Mengapa?
Pendidikan kita telah disibukkan untuk mencetak generasi yang cerdas
tapi tidak dengan akhlak mulia (baik). Guru-guru Indonesia banyak
yang disibukkan dengan bagaimana mencetak murid yang bisa lulus UNAS
dengan nilai terbaik. Murid-murid sekolah Indonesia banyak yang
disibukkan dengan bagaimana upaya untuk bisa lulus UNAS.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Kisanak
ndamar, bukankah mata pelajaran agama sudah diterapkan dalam
sekolah-sekolah? Iya, benar. Tapi dengan sadar atau tidak, mata
pelajaran umum lebih utama dari yang utama “</span><i>digalakkan”</i><span style="font-style: normal;">
dari pendidikan akhlak (agama). Bagaimana dengan PPKN? Sama saja.
Mata pelajaran Agama dan PPKN adalah pelengkap. Silahkan melakukan
survey untuk pelajaran Agama dan PPKN, aku yakin banyak dari murid
yang akan mengatakan “</span><i>gak penting itu (Agama dan PPKN),
mata pelajaran UNAS yang lebih penting”. </i>
</div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Maksudku adalah
Bangsa Indonesia belum dapat menerapkan isi dari Undang-Undang Dasar
1945 yang telah kita dalam sebuah penerapan. Tidak ada pedoman
mendasar untuk sebuah pencapaian generasi yang berakhlak. Mungkin
pedoman untuk mencapai generasi yang cerdas telah dan sedang dicapai
dengan adanya UNAS. Banyangkan untuk tingkat sekolah dasar (SD) saja
anak sudah <i>“digembleng” </i>untuk dapat menguasai mata
pelajaran syarat lulus UNAS. Bagaimana dengan sekolah yang berlatar
belakang agama ? Sama saja. Karena aturan UNAS berlaku untuk semua
sekolah.
</div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Anak tingkat dasar
(SD) adalah masa dimana sebuah generasi dibentuk dan ditata.
Pendidikan adalah media untuk mencapai itu. Semua agama mengajarkan
kebaikan, akhlak mulia, budi pekerti dan sejenisnya. Indonesia sudah
punya <i>media cetak </i>berupa pendidikan, kemudian sebuah akhlak
mulia (agama) yang dijadikan sebagai bahan utama untuk menjadi dasar
dari sebuah <i>bentuk (generasi)</i> yang diinginkan. Yang kemudian
tingkat selanjutnya bertugas untuk mengembangkan <i>bentuk (generasi)</i>
dengan tepat menjaga dasar dari <i>bentuk </i>tersebut untuk menjadi
generasi yang cerdas dan berakhlak mulia.</div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Semua ini pun juga
tidak luput dari sebuah hukum dalam penindakan pelaku <i>amoral</i>
yakni kasus pedofil anak. Kembali lagi bahwa Indonesia masih abu-abu,
yakni dalam hukum. Indonesia masih belum mempunyai yang jelas dalam
penanganan kasus kekerasan seksual pada anak. Indoensia belum
mempunyai tindakan hukuman yang bersifat jera (secara fisik dan
mental) pada pelaku kejahatan. Indonesia masih mengandalkan <i>jeruji
besi</i> yang masih bisa dipotong dengan <i>remisi</i>, masih bisa
<i>dikadalin</i> dengan membawa peralatan elektronik. Itu penjara
<i>jeruji besi </i>atau kos-kosan?</div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Indonesia
telah ditampar, kita telah ditampar. Melalui kasus kekerasan seksual
pada anak ini, Indonesia dan kita telah diingatkan bahwa Indonesia
adalah negara <i>labil, </i>Indonesia sudah waktunya memperbaiki
<i>lampu</i> yang semakin membuat Indonesia redup, abu-abu.
</div>
<div style="font-style: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Semoga
bermanfaat, semoga kita menjadi generasi yang cerdas dalam hati juga
cerdas dalam pikiran</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-45084175429773596442014-04-29T23:48:00.000-07:002014-04-29T23:56:40.475-07:00Sehari tanpa internet - Cinta yang tak kunjung datang<style type="text/css">P { margin-bottom: 0.08in; }</style>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGVCoxpHyHpNr-Gzd_dOyXBPcavEl_KeyT0ahXdQpXV9AIu1N1Pc7GL2Q117RmrGva6XC4fIi2Kv6g1dum2giqN1rh0pGafqoNY04_P1DdVRTkvFxpaNpmIhwknrm-AhUv2PaQRQbnFS1C/s1600/IMG_20140430_125305.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGVCoxpHyHpNr-Gzd_dOyXBPcavEl_KeyT0ahXdQpXV9AIu1N1Pc7GL2Q117RmrGva6XC4fIi2Kv6g1dum2giqN1rh0pGafqoNY04_P1DdVRTkvFxpaNpmIhwknrm-AhUv2PaQRQbnFS1C/s1600/IMG_20140430_125305.png" height="297" width="320" /></a></div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Sehari tanpa internet.
Kalimat ini sangat cocok jika dipertanyakan untuk para pengguna
internet setiap detiknya. Mulai penggunaan internet hanya sekedar
untuk <i>chating</i>, <span style="font-style: normal;">ber-</span><i>sosmed</i>
ria, berkirim email, sampai pengguna internet untuk kalangan pekerja
dan pebisnis yang digunakan untuk transfer uang, penggunaan <i>virtual
office</i> juga penggunaan sebuah server perusahaan.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Bisa dibayangkan seorang
individu yang setiap harinya mengkonsumsi nasi sebagai kebutuhan
pokok tanpa ada substitusi lain seketika itu kebutuhan nasi tidak
terpenuhi. Bisa dibayangkan jika untuk minum saja manusia membutuhkan
bandwitch internet untuk mentransfer data berupa perintah mengangkat
gelas berisi air dan mendekatkan ke bibir yang tiba-tiba terputus
(internet down). Mata hanya melotot melihat gelas begitu juga bibir
hanya melongo menanti bibir gelas untuk sebuah kecupan kesegaran.
Seperti cinta yang tak kunjung datang.</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Disini saya mencoba
menulis Akibat-Sebab jika satu hari tanpa internet untuk pengguna
internet tiap detiknya. Lantas apa akibatnya ? Hambar!, bagai sayur
tanpa garam. Kalimat klasik yang mungkin paling mudah dicerna. Kenapa
hambar ? Karena sebagian kebutuhan telah hilang. Bayangkan saja jika
setiap harinya, setiap jamnya, setiap menitnya, dan setiap detiknya
kita menggunakan internet untuk sebuah informasi. Tiap pagi dengan
rutinitas membaca <i>koran elektronik</i> yang diakses dari
portal-portal berita yang tiba-tiba tidak bisa kita lakukan karena
internet down (sehari tanpa internet). Separuh aku. Judul band <i>Noah</i>
pun saya pikir cocok untuk sebuah pertanyaan sehari tanpa internet.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Kenapa bisa separuh aku ?
Internet adalah sebuah “<i>virus</i>” yang sudah menyatu dengan
penggunanya. Seperti kesehatan yang menjadi kesatuan dengan kita,
jika kita sakit (tidak ada kesehatan) bukankah kita telah menjadi
separuh aku ?. Seperti kesehatan, internet telah menyatu dengan
penggunanya. Jika saya boleh lebay, seperti dalam ajaran Hindu dan Budha, yakni
penganut <i>“ajaran internet”</i> telah <i>moksha</i> (melebur
menjadi satu) dengan penggunanya.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Lantas mengapa internet
telah menjadi sebuah kebutuhan ? (saya pikir) ini karena sebuah
<i>derutinisasi</i> (perulangan/rutinitas). Awalnya internet hanya
digunakan <i>bbm</i>-an, <i>whatsup</i>-an, <i>browsing</i> yang
lantas merembet ke kebutuhan-kebutuhan lainnya yang berhubungan
dengan internet. Dan pola/perilaku ini mengalami <i>derutinisasi</i>
(perulangan/rutinitas). Yang awalnya menggunakan internet satu bulan
sekali, kemudian satu minggu sekali, kemudia sehari sekali, sampai
tiap jam dan tiap detik. Dan sadar kita telah menjadi sebuah individu
yang <i>konsumtif</i> dengan internet. <i>Derutinisasi</i> konsumsi
internet yang berulang terus-menerus ini yang menyebabkan internet
telah menjadi sebuah kebutuhan, bagian hidup, yang lebih <i>sarkas</i>
adalah internet telah <i>moksa</i> dalam diri kita.</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Sebab ini juga tidak
luput dari sebuah <i>modernisasi</i> (yang sudah pernah saya tulis)
dalam bentuk teknologi. Sebab menjadi akibat, sebab karena sebab.
Sebuah perkembangan teknologi yang tidak bisa dihindari dari pengguna
internet. Gadget <i>smartphone</i>. Adalah salah satu hasil sebuah
perkembangan teknologi yang sekarang seolah telah menjadi <i>“anak
tiri”</i> yang kita miliki.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Menawarkan sebuah
kemudahan untuk sebuah kebutuhan. Sebuah ponsel yang tidak hanya bisa
untuk telepon tapi juga bisa untuk menulis dokumen, bisa untuk
mengedit foto dengan cepat, bisa untuk bermain <span style="font-style: normal;">game</span>,
bisa untuk berkirim email, bisa untuk menggambar, bisa untuk
<i>browsing</i>. Seperti sebuah komputer mini yang dapat digengam.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Melalui iklan-iklan yang
begitu masiv, smartphone menjadi “<i>smart</i>”, utuh, optimal
dengan adanya sebuah koneksi berupa internet. Maka menyisihkan
sebagian uang untuk membeli internet. Sudah menjadi kebutuhan bukan ?
Menyisihkan uang untuk makan si “<i>anak tiri</i>”, menyisihkan
uang untuk kelangsungan hidup sebagian dari diri kita.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Internet bisa menjadi
“<i>setan</i>” atau “<i>malaikat</i>” yang selalu bersama
kita. Dan kita adalah seorang individu yang dituntut untuk tidak
hanya cerdas dalam berfikir, tapi juga dalam tindakan (menggunakan
internet). Internet akan menjadi sebuah hal yang positif jika kita
mengerti dan memahami penggunaan internet. Intenet bisa menjadi
perpustakaan berjalan, internet bisa menjadi jendela dunia di masa
modernisasi sebagai pengganti buku, internet bisa menjadi media
hiburan jika digunakan secukupnya, internet bisa menjadi media
penyambung tali silaturrahmi. Dengan demikian internet pun bisa
menjadi <i>“malaikat”</i> di sisi kita.</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Internet pun juga bisa
menjadi “<i>setan</i><span style="font-style: normal;">” di sisi
kita jika kita kurang cermat, kurang cerdas dalam penggunaannya.
Internet bisa menjadi bumerang untuk kita. Internet bisa menjadikan
kita penjahat atau korban kejahatan. Sudah banyak bukan kasus
penipuan, penculikan, pencabulan dan pembunuhan yang berawal dari
penggunaan internet ?. </span>
</div>
<div align="JUSTIFY" style="font-style: normal; margin-bottom: 0in;">
Kita
adalah bangsa yang cerdas. Saya mendukung internet sehat untuk
indonesia. Tulisan ini diikutkan lomba "Sehari tanpa Internet" guna mendukung pentingnya mengajarkan internet untuk pendidikan bersama <a href="http://telkomsel.com/genggam-internet" target="_blank">Telkomsel</a>.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-5609459744225186192014-02-05T04:45:00.001-08:002014-02-05T04:46:41.766-08:00Jakarta, Pemerintahan dan Bisnis yang harus dipisah<div style="text-align: justify;">
<style type="text/css">P { margin-bottom: 0.08in; }</style>
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jakarta banjir. Sepertinya bencana
tersebut sudah menjadi hal yang biasa di masyarakat jakarta, begitu
juga dengan masyarakat diluar jakarta, mungkin sudah terbiasa dengan
berita tersebut. “<i>jakarta kan memang tiap tahun dilanda banjir</i>”,
begitu kalimat yang sering saya dengar baik dari teman di jakarta
maupun teman di luar jakarta.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jakarta adalah pusat pemerintahan
sekaligus pusat bisnis. Semua tumpah ruah, mulai dari politikus,
pedagang, artis, produsen, konsumen, tumpah seperti banjir yang rajin
melanda tiap tahunnya. Dengan padatnya mobilitas yang ada di Jakarta
juga berbanding lurus dengan kepadatan lalu lintas dan kepadatan
penduduk. Orang awam pun tahu jika semakin banyak penduduk, maka
(kemungkinan) semakin banyak pula pemukiman, dan semakin berkurang
juga wilayah (tanah) resapan untuk air.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Sudah berapa “<i>komandan</i>” yang
memimpin jakarta tapi masih juga belum bisa atasi banjir, “<i>komandan</i>”
yang baru satu tahun, Jokowi dibuat “galau” oleh si banjir yang
rajin. Sebatas kebodohan saya, saya berfikir (sepertinya) Jakarta
sudah tak mampu lagi menangani berbagai macam masalah yang sudah
“<i>pengalaman</i>” merusak Jakarta. Mulai dari banjir, macet, PKL,
pemukiman kumuh, sampah kota, penegakan hukum, pengangguran.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Andaikan pulau jawa bisa bergerak,
mungkin Pulau Jawa akan <i>jomplang </i><span style="font-style: normal;">disisi
Jakarta karena terlalu banyak permasalahan yang ada. </span>Saat ini,
apakah bapak Presiden RI masih tinggal di Jakarta?. Ya katakanlah ini
masalah umum yang dihadapi hampir disemua wilayah di Indonesia, tapi
Jakarta terlalu kompleks untuk sebuah permasalahan kota. Sampai ada
wacana untuk memindahkan Ibu Kota Indonesia ke wilayah lain.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Saya kira ini akan sulit, secara
politik dan bisnis seperti dua saudara yang sulit terpisahkan dari
Jakarta. Pindah saja pusat perdagangan di Jakarta ke kota lain.
Biarkan Jakarta menjadi pusat pemerintahan yang utuh. Biarkan
Jakarta benar-benar menjadi Ibu dari sebuah Negara tanpa campur
tangan bisnis.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Bisnis/perdagangan bisa dipindah di
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" target="_blank">Jawa Timur</a>, (misal) Surabaya. Surabaya dan sekitarnya banyak terdapat
pabrik-pabrik produksi. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rungkut,_Surabaya" target="_blank">Rungkut industri</a>, pergudangan Margomulyo, ke
selatan, Sidoarjo ada wilayah Lingkar Timur yang terdapat banyak
<a href="http://wikimapia.org/29273429/kawasan-pergudangan-margomulyo-jaya" target="_blank">pabrik dan pergudangan</a>, sedikit ke barat ada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ngoro,_Mojokerto" target="_blank">Ngoro Industri</a>. Bukankah
Surabaya memang benar-benar kota perdagangan ?.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Bukankah Indonesia banyak mencetak ahli
tata kota? Bukankah Indonesia banyak mencetak lulusan dari bidang
Pembangunan? Bukankah Indonesia banyak mencetak lulusan Ahli Tanah?
Bukankah masih banyak orang yang ahli di Indonesia ? Kenapa seolah
masalah Jakarta saja tidak bisa terselesaikan sampai begitu hebo di
media-media.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
SDM kita masih kalah pintar dengan
negara lain ? Bilang saja kalau kita dan atau kalian masih ragu
dengan SDM dari Indonesia. Kita bisa membeli mobil penyapu sampah
kota dengan harga 2,1 Milyard tapi belum tentu bisa merawat dan
menjaganya.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tulisan ini sebatas ketidak tahuan dan
kebodohan saya, jadi mungkin terlalu cepat untuk sebuah kesimpulan.
Saya berterima kasih untuk <i>cacian </i><span style="font-style: normal;">atau
</span><i>hinaan</i><span style="font-style: normal;"> pada tulisan
saya. Terima kasih. Untuk Nuswantara.</span></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-59954185236124977882014-01-24T11:47:00.001-08:002014-01-24T11:48:30.162-08:00TV, [bisa] menjadi media pembodohan<div style="text-align: justify;">
<style type="text/css">P { margin-bottom: 0.08in; }</style>
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tulisan ini bisa dikatakan masih
berhubungan dengan dan atau masih berkelanjutan dengan tulisan
sebelumnya [<a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/11/iklan-tv-propaganda-terbesar-di.html" target="_blank">ini</a>] dan [<a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/11/iklan-tv-propagan-tersebesar-di.html" target="_blank">itu</a>]. Sudah hampir tiga bulan aku sering
menonton TV karena memang hampir setahun sebelum itu, TV hanya
sebatas aku menonton acara berita pada jam-jam tertentu.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dan faktanya dalam tiga bulan terakhir,
aku lebih sering menghabiskan waktu di dua layar, yakni layar
Komputer dan layar TV. Ini mungkin efek aku membeli TV baru karena
TV sebelumnya rusak. Atau mungkin aku lebih sering mengawasi adikku
yang masih kecil dalam menonton acara TV.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Sekarang modernisasi sudah mudah untuk
dilihat dan dirasa, baik perkembangan teknologi TV maupun kualitas
tayangan TV yang mulai bergerak menuju HD-TV juga Internet-TV. Ini
berbanding lurus dengan acara program TV yang berlangsung juga yang akan datang.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Semakin bagus kualitas [barang/produk] TV yang dipunyai maka
semakin besar juga peluang untuk menikmati acara program TV. Yang menjadi
pertanyaan adalah “<i>Apakah acara-acara TV yang ditonton itu
berkualitas, mendidik, mencerdaskan, bersifat informasi</i> ?”</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Faktanya dalam pandanganku, acara yang
sifatnya hiburan [semata] yang berlebihan lebih diminati masyarakat; acara goyang tak jelas menjamur. Atau coba
perhatikan saja, apa kabar acara <i>Rangking 1 TransTv</i> ? Apa kabar acara
<i>Hitam Putih Trans7</i> ? Apa kabar acara <i>Jejak Petualang</i> ?
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dulu program musik pagi hari sering menampilkan Budaya Indonesia baik dari bidang musik, tarian serta pengetahuan
Budaya Indonesia dan sekarang apa kabar ?. Dulu lagi trend jamannya
main tepung, semua ramai mainan tepung sekarang lagi trend goyang, ikutan ramai goyang. Ini pada alay, gak kreatif atau pengekor sih ?
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Saya pikir kita adalah masyarakat yang
cerdas, kita dapat memilih sebuah acara yang “<i><b>butuh”</b></i>
dan atau “<i><b>perlu”</b></i> kita konsumsi. “<i>Butuh”</i> dalam
batasan yang secukupnya sedang “<i>Perlu</i>” adalah sebuah
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam batasan butuh.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<i>TV layaknya sebuah kulkas. Ada
banyak makanan (acara/program TV) yang tersedia di dalamnya. Kita
adalah individu yang mempunyai kekuatan untuk membuka, memilih,
mengambil atau menutup kembali kulkas/Tv tersebut.</i></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-91549820735098420812014-01-13T12:02:00.000-08:002014-01-23T13:08:25.223-08:00CineUs ndamar komentar<style type="text/css">P { margin-bottom: 0.08in; }</style>
<br />
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
“Meong … !!” reflek
kucingku ketika tak sengaja kutendang saat merubah posisi kaki di
atas kasur. Jam menunjukkan pukul 02.00 malam. Tak terasa buku <i>CineUs</i>
telah selesai aku tonton. Buku ini aku beli 5 hari yang lalu, aku tak
mengerti mengapa aku membeli buku ini dihari kelahiranku, mungkin
karena aku pernah bertemu si penulis meski hanya tak lebih dari 15
menit atau memang karena saat itu aku mendapat rezeki lebih.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Malam ini aku
menghabiskan lebih dari setengah buku yang belum ku tonton, tak
seperti malam sebelumnya yang ku tonton hanya satu <i>chapter</i>
sebelum aku beranjak pulas. Buku ini membawaku ke masa sekolah yang
sering bolos dan sering membaca cerpen dan novel, meski kegemaran
baca cerpen dan novel hilang 2 tahun setelah aku lulus SMA dan tak
mendapat restu orang tua untuk kuliah di jurusan sastra. Dan itu
seperti hantu-hantu yang mengerikan jika diingat.</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Buku ini sarat misteri
seperti Rizki dimata Lena. Banyak plot yang terkadang mengocoh layar
imajinasi pembaca. Mungkin salah satunya plot Dania yang diam-diam
menyimpan foto-foto Dion. Juga kesalahan naskah yang memenangkan Lena
di Film Festival Remaja, awalnya aku berfikir kalau Lena tak sadarkan
diri menukar naskahnya setelah mengintip naskah Rizki, ternyata Dania
tersangkanya. Begitu juga sikap Romi yang ternyata didalangi Adit,
meski aku sendiri belum mengerti mengapa Romi harus menuruti Adit.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Dan entah mengapa, sejak
awal aku melihat si penulis sebagai sosok Lena. Hhhmmmm,.. mungkin
karena aku membaca biografi si penulis sebelum aku benar-benar
menonton isi <i>CineUs</i>. Saat prolog karya ini pun sudah membawaku
kangen masa SMA-ku, mungkin tak jauh beda dengan akhir cerita masa
SMA-ku, mati-matian buat film dokumenter untuk mengenang kisah
mbolos, kabur dari sekolah, nyontek ulangan, tidur di kelas, dihukum
berjama'ah, kejar-kejaran dengan <i>WakaSek</i> karena dilarang bawa
<i>handycam</i>, juga pemotongan durasi waktu pemutaran film dari 25
menit menjadi 15 menit yang harus ku edit semalaman sebelum acara
perpisahan kelas XII.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Buku ini keren,
benar-benar imajinatif, benar-benar serasa naik mesin waktu yang
dibuat<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/John_Titor"> <i>John Titor</i></a> untuk kembali ke jaman yang labil, SMA.
Pembawaan kalimat yang lebih bersahabat untuk masa kini juga untuk
mereka yang pernah hidup di <i>jaman jadul</i>.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Meski sebenarnya banyak
kalimat-kalimat yang (mungkin dikatakan) <i>lebay</i> untuk sebagian
orang, tapi itulah sastra. Mulai dari kelinci gila meloncat-loncat, berenang menyeberangi
Selat Sunda, lalu koprol sampai Hawai dan menari Hula tujuh hari
tujuh malam. Ini seperti iklan TV yang (menurutku) gak nyambung
dengan produknya (tahu kan?).
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Dan, entah kenapa
dibagian konflik perpecahan internal <i>Club Film</i> aku teringat
film <i>Catatan Akhir Sekolah</i> (2005) yang menggunakan prolog
pemutaran film pendek oleh Agni yang mengaku filmnya keren, tapi
mungkin ini kebetulan.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Novel ini tak hanya
cinta, tapi lebih pada dan dari sebuah harga persahabatan yang tak
ternilai, jatuh bangun yang semakin menguatkan persahatan Lena, Dania
dan Dion yang kemudian ditambah Rizki dan Ryan, meski ada
persahabatan yang menjadi cinta, hehe. Emosi yang kompleks. Ini novel pertama yang kubaca
setelah beberapa tahun yang lalu yang serasa tak punya waktu untuk
cerpen atau novel. <a href="http://www.goodreads.com/book/show/18483357-cineus">Novel yang berbobot</a>.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<i>“Di dunia ini ada dua
hal yang pantas diperjuangkan. Impian dan cinta”</i><br />
<i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><i>“</i>Bukankah orang sering kali bersikap tolol ketika berhadapan dengan perasaan?</span></i><i><span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><i>”</i></span> </i></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-90543493288531350832013-12-15T06:24:00.002-08:002013-12-17T04:42:42.691-08:00Google akan menguasai Dunia ?<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Layar komputerku masih menyala seperti
biasanya. Sambil mencengkram ubun-ubun aku mencoba meraih papan
ketikku kembali. Kucengkram erat “<i>tetikus</i>” elektronik untuk
kembali mencari sumber informasi proyek Tsu no Me Keikaku Google. Sampailah pada
sebuah pencarian <a href="https://www.google.com/search?q=google+akuisisi+robot+militer&client=ubuntu&channel=cs&oq=google+akuisisi+robot+militer&aqs=chrome..69i57j69i60j69i64.6305j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8#channel=cs&q=google+acquisition+army">Google mengakuisisi militer</a>.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Aku cengang untuk tiap kalimat serta
artikel yang tersangkut.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
“Apa benar <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/12/google-adalah-akatsuki-di-dunia-ini.html">Google adalah Akatsuki</a> ?”</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
“Apa Google ingin menjadi
Akatsuki?”,</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
“atau Google memang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akatsuki_(Naruto)">KelompokAkatsuki</a>!”, pikiranku saling tanya.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jika google telah <a href="http://venturebeat.com/2013/12/14/google-expands-its-robot-army-with-acquisition-of-bigdog-maker-boston-dynamics/">menguasai robotmiliter</a> maka nantinya juga akan lahir robot-robot yang lebih canggih
dan banyak pastinya. “Apa mungkin robot ini sejenis Zetsu?”,
mungkin akan lebih manakutkan jika google juga dapat menguasai
pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anubis">Anubis</a>. “Apa?”, tidak mungkin.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Media informasi sudah hampir semua
dikuasi google, bukannkah informasi bisa dikatakan seperti awan yang
bergerak kemana saja. Ini juga seperti lambang yang dimiliki Akatsuki
yakni awan merah. Mungkin benar bahwa google adalah akatsuki,
akatsuki menggunakan baju berlambang awan, begitu juga google yang
berawal dari sebuah awan (baca : internet/informasi).</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
“Plakk...!”, aku memukul keras
pipiku. Mungkin aku sedang dibawah Genjutsu, karena aku tak punya
banyak cakra untuk bisa keluar dari Genjutsu.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jika militer sudah dikuasai Google
berarti Google siap untuk berperang? Jika benar, siapa yang diperangi
google ? Apa benar google sedang menyempurnakan proyek Tsu no Me Keikaku untuk
menguasai dunia?</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Apa kalian sependapat denganku ? Tolong
bangunkan aku dari Genjutsu!</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-24571972003352530562013-12-10T16:34:00.000-08:002013-12-15T04:47:53.575-08:00Google adalah Akatsuki di dunia ini<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Suatu waktu aku hanya memandang layar
komputerku yang begitu terang di dalam kamarku yang tak berlampu.
Lama sungguh kupandang, kemudian hening pecah oleh kepala yang
gemuruh. Mungkin ini seperti conan edogawa saat mendapatkan petunjuk
dalam penyelidikannya.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
“Hai anak muda, sudah siapkan kau
menghadapi Akatsuki ?”, bisik kepala kepadaku. Mataku menatap ke
sebuah jendela kamar yang tertutup dan berkata “Apa yang akan
dilakukan Akatsuki selanjutnya ?”. Mungkin akatsuki benar-benar
merencanakan "<b><a href="https://www.google.co.id/#q=Tsu+no+Me+Keikaku">Tsu no Me Keikaku</a></b>" ?.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Ini bukanlah akatsuki yang dipimpin
oleh Madara atau Tobi, lantas siapa akatsuki ini ?.<br />
” <b>Google adalah
Akatsuk</b>i”, pikirku cepat. Google perlahan mengendalikan dunia dengan segala
produknya. Mari kita telaah apa yang dikendalikan google dengan
proyek “Tsu no Me Keikaku” nya.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Android, siapa yang tidak kenal
android? Semua orang sudah kenal dan merasakannya, dan sebagain yang
lain juga mengembangkannya. Mungkin ini salah satu “Genjutsu”
yang dilancarkan google untuk lawan-lawannya. Hampir semua “ninja”
mulai dari “klan” Samsung, Huawei, Sony, motorola, LG, Asus, Acer
juga yang lainnya berbondong-bondong membuat “<i>jasad</i>” untuk dapat
dihidupkan dengan “<i>roh</i>” Android.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Semua keranjingan “<i>arwah</i>” Andoid.
Jam tangan juga TV pun sekarang mempunyai “<i>nyawa</i>” Android. Google
membagi-bagikan kitab rahasia untuk membuat “<i>arwah</i>” Android.
Siapa sasaran “Genjutsu” selanjutnya ? Iyalah para “shinobi”
<i>underdog</i> yang menjadi <a href="https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fdeveloper.android.com%2F&ei=grOnUqWrEIiTrgfmw4EY&usg=AFQjCNEdmRjrTtsLKW_llg9S_nJjwX4lnw&sig2=RSKOfeBzZ7L8xaQcOKfGCA&bvm=bv.57799294,d.bmk">developer</a>. Google tak perlu merekrut karyawan
untuk meramaikan playstore yang dilahirkannya. Google cukup memberi
<i>asupan gizi</i> untuk para “shinobi” developer dengan hasil karya
yang dibuatnya. Pelan tapi pasti, itulah langkah google dalam
menggunakan “Genjutsu”.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Bagaimana akatsuki google dapat
menganalisa semua korban-korbanya lebih lanjut ? Google membuat
tempat penitipan umum, <a href="https://www.google.co.id/#q=google+drive">Google Drive</a>. Untuk semua ninja silahkan
menggunakan tempat ini sesuka hati dan sesuka kaki. Google Drive
lebih murah dari Ponten Umum yang sekali masuk dikenakan tarif Rp.
2000, inilah alasan Google Drive lebih laris dari Toilet Umum. Kalian
cukup mempunyai Id-Card dengan e-mail yang juga gratis dalam
pembuatan.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dengan begitu Google dengan mudah
mencari segala sumber “rahasia” yang dimiliki tiap-tiap orang.
Bisa jadi google juga berperan dalam <i><a href="https://www.google.com/#q=penyadapan+indonesia-australia&spell=1">penyadapan Negara Indonesia-Australia</a></i> karena orang-orang pemerintahan Indonesia sudah
terkena “Genjutsu” untuk meletakkan semua dokument negera di
tempat penitipan umum yang dibuat google yakni google drive.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jangan lupa google punya dua mata
“Sharingan” yakni <a href="http://www.youtube.com/">Youtube</a> dan Maps. Akatsuki google dengan mudah
melihat segala gerak-gerik lawan dan segala hal yang berkaitan dengan
itu. Kondisi ini juga didukung dengan “Sharingan” yang kedua
yakni google maps. Google telah memetakan semua target operasinya
dengan maps yang dimilikinya. “Jutsu” ini pun sudah berkembang
dalam Google Street View.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Google telah mengirim <i>agen-agennya</i>
hampir di semua negara untuk “penetrasi” lokasi dengan modus
<i>sandi operasi google street view</i>. Google telah mempelajari kondisi
alam, kondisi kota, kondisi desa, tata kota masing-masing negara.
Bisa jadi google juga menyebarkan trojan di tiap-tiap negara yang
mungkin nanti akan dibangkitkan dengan jutsu “Kisho tensei”.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Pada kenyataanya kita sedang dalam
“Genjutsu” google. “eh cara bikin nasi gimana ?”, “buka
google dong!!”. Hampir semua pertanyaan disampaikan di google
dengan asumsi keyakinan mendapat jawaban dari google. Apa Google itu
Tuhan? Apa proyek Tsu no Me Keikaku Google benar-benar terjadi?</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dan segala apa yang kita pertanyakan
dan kita pikirkan telah diketahui Google. Google mempunyai “Zetsu”
mesin pencari yang terkenal hebat itu. Mungkin tulisan ini juga akan
ditertawakan google karena proyek Tsu no Me Keikaku Google sudah
berjalan lama. Apa aku juga sedang dalam “Genjutsu”? Kemudian aku
terdiam dengan memeras kepalaku erat-erat.</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-79420749317631584852013-11-25T15:17:00.002-08:002013-12-15T04:48:01.544-08:00Iklan TV, Propaganda di Indonesia [bagian 3 - Habis]<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Sampai pada halaman ketiga dari otak
yang nyaring. Apa yang sebenarnya ingin aku tulis adalah sebuah pesan
tersirat yang lewat. Pesan yang berbanding lurus dengan apa yang aku
lihat, dengar, dan rasakan.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Aku berfikir bahwa iklan-iklan
propaganda tersebut memberikan doktrin yang kuat dengan begitu
lembutnya. Iklan-iklan propaganda tersebut perlahan berhasil
menanamkan nilai (doktrin) untuk kita-kita yang bodoh dan masih
tidur. Bodoh bukan berarti kita tak pintar atau tidak bisa berfikir,
melainkan bodoh sejatinya kita tidak tahu apa yang seharusnya kita
lakukan.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Siapa yang turut menjadikan kita bodoh
selain iklan-iklan propaganda ?. Ialah pendidikan yang juga menjadi
media doktrin terkuat. Mari kita koreksi pendidikan yang telah kita
jalani, sudahkah kita menerima pendidikan nilai luhur budi pekerti
dan cinta tanah air selama pendidikan 9 tahun ? Jika pun pernah hanya
sebatas materi tulis untuk sebuah nilai di lembar putih tanpa ada
sebuah rasa memiliki pendidikan tersebut.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Pernah kita mendapat pendidikan wajib
untuk budaya bangsa? Jujur saja hanya segelintir pendidikan formal
yang menerapkan pendidikan wajib untuk budaya sisanya lebih fokus
untuk pendidikan umum. Kembali ke topik. Dengan kurangnya rasa budi
luhur dan cinta tanah air inilah awal sebuah doktrin iklan-iklan
propaganda mudah kita serap dan kita yakini. Dan kemudian kita masih
tidur dalam <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2012/03/bedakan-modernisasi-dan-westernisasi.html">modernisasi</a> yang mungkin kalau mau jujur bahwa kita belum
siap dengan itu.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kita telah di doktrin bahwa, kalau
kulit tidak putih maka tidak cantik dan tampan. Kita telah berfikir
bahwa tipe orang putih adalah sebuah kesempurnaan akan kecantaikan
atau pun ketampanan yang akhirnya kita menjadi rendah diri memiliki
kulit <i>sawo matang</i>. Kemudian banyak dari kita
berbondong-bondong menjadi putih dengan pemutih. Mengapa kita tak
berfikir mengapa (banyak) orang Eropa ingin kulit hitam/sawo matang
dengan budaya suka berjemur di pantai.
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dan kemudian akan menjadi hulu bahwa
kita akan lebih bangga jika menggunakan produk luar negeri. Disinilah
muara cinta tanah air mulai luntur perlahan dan perlahan dengan atau
tanpa kita sadari. Semoga kita selalu bisa menyikapi propaganda ini
dengan bijak. Mari bangun dari tidur Indonesiaku</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-45011159637659474762013-11-09T21:04:00.000-08:002013-12-15T04:48:12.215-08:00Iklan TV, Propagan tersebesar di Indonesia [bagian 2]<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini lanjutan dari post "<a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/11/iklan-tv-propaganda-terbesar-di.html">Iklan Tv, Propaganda terbesar di Indonesia [bagian 1]</a>" yang tetap dengan tema yang sama. Saat ini aku ingin mengupas tentang iklan propaganda yang selanjutnya. Iklan apa itu ? Iklan pemutih ketiak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita pasti sudah tahu produk apa saja untuk memutihkan ketiak kalian tanpa perlu aku sebut merk. Yang aku amati mengapa dari banyak produk dan atau iklan pemutih ketiak itu mayoritas untuk perempuan ?. Untuk para kaum adam hanya sesekali atau bahkan jarang sekali ditanyangkan. Apa ketiak hanya punya perempuan ?. "Ah pria kan lebih <i>macho</i> kalo ketiak banyak bulunya!", kalau kalian mau jujur, bulu ketiak itu sungguh tidaklah nyaman dan terlihat tidak rapi, cenderung sebagai <i>kambing hitam</i> atas bau badan yang kurang sedap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Silahkan tanya teman pria kalian, apakah nyaman dengan bulu ketiak ?. Aku yakin itu tidaklah nyaman. Tapi ada hal lain yang perlu diperhatikan juga dari iklan pemutih ketiak yang sering ditanyangkan di TV. Mayoritas iklan pemutih ketiak menggunakan model perempuan, dan perempuannya itu selalu berkulit putih bercahaya (efek camera, mungkin.red) seperti yang sudah aku tulis post yang lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan coba perhatikan sekali, dua kali dan tiga kali atau lebih. Model iklan pemutih ketiak selalu menggunakan pakaian dibawah pundak dan atau pakaian <i>semi tanktop.</i> Dan ada juga yang menggunakan pakaian menutupi pundak yang robek karena tersangkut sesuatu, dengan pedenya kain bagian pundak dilepas/dirobek hanya untuk memperlihatkan ketiaknya yang putih. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin iklan <i>pamer</i> ketiak tidak berpengaruh besar untuk wanita-wanita yang mengerti etika kesopanan, tapi mari kita lihat konsumen TV yang paling banyak. Ya! konsumen TV paling banyak adalah para remaja yang masih labil. Masa remaja inilah yang menjadi <i>korban</i> propaganda iklan. Masa remaja yang labil adalah masa yang paling mudah untuk diberikan suatu <i>pandangan</i> hidup, masa dimana pondasi-pondasi didirikan. Kalau diibaratkan sawah, masa remaja labil adalah sawah subur yang telah dibajak dan siap untuk ditanami.</div>
<div style="text-align: justify;">
Efek yang paling parah dari iklan propaganda tersebut adalah di masa depan saat remaja ini menjadi dewasa, mereka akan dengan mudah mengumbar ketiaknya dimana-mana tanpa peduli dengan etika kesopanan yang dimiliki Indonesia. Bisa saja mereka akan berdalih bahwa ini jaman modern tak masalah buka-buka ketiak di depan umum. </div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya remaja-remaja Indonesia tak dapat membedakan <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2012/03/bedakan-modernisasi-dan-westernisasi.html">modernisasi dan atau westernisasi</a>. Indonesia sedang diserang tidak secara fisik, melainkan Indonesia diserang secara <i>mindset </i>dan atau <i>pola pikir</i> yang menghilangkan hakikat Indonesia itu sendiri. <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FJangan_Sekali-kali_Meninggalkan_Sejarah&ei=hxN_UpzmJYSrrAelyoDICQ&usg=AFQjCNGQoNK2xdnCMzWy-U0SOu3X-hGPwQ&sig2=kdo2GgjXv9lFu-rYz89Lmg&bvm=bv.56146854,d.bmk">Jasmerah</a>!<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/11/iklan-tv-propaganda-terbesar-di.html">Post Sebelumnya</a> ------------------------------------------------------------------------------ Post Selanjutnya</div>
</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-87591344082811209742013-11-07T10:03:00.000-08:002013-12-15T04:48:24.404-08:00Iklan TV, Propaganda terbesar di Indonesia [bagian 1]<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Propaganda! Aku, kamu, kalian, kita
semua telah masuk dalam sebuah propaganda yang (mungkin) tidak
disadari. Silahkan koreksi sendiri! Apa propaganda tersebut ? Ayo
kita kupas perlahan.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Pertama, kita koreksi diri seberapa
intens menatap TV, kenapa TV ? Ya! Ini adalah media informasi yang
paling mudah dan murah untuk dikonsumsi.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Sekarang silahkan perhatikan iklan
sabun pemutih dan atau pemutih kulit sejenisnya. Apa yang kalian perhatikan ? Anggap saja itu sebuah film, perhatikan pemain
utamanya!. Apa yang kalian dapat ? Ya! Itu dia, semua pemain utamanya
(perempuan) bermula dengan kulit (maaf) coklat atau dapat dikatakan
<i>sawo matang</i><span style="font-style: normal;"> yang warna kulit
</span><i>sawo matang</i><span style="font-style: normal;"> adalah
warna kulit (mayoritas) warga Indonesia.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Kemudian
setelah menggunakan sabun dan atau pemutih kulit sejenisnya maka
pemain utamanya terlihat cantik dengan kulit putih (</span><i>bercahaya).
</i><span style="font-style: normal;">Sebagian iklan yang lain
menambahkan pemain pendukung pria yang terpesona, ada yang sampai saling tabrak melihat wanita
dengan kulit putih bercahaya. “</span><i>bukankah ini wajar ?</i><span style="font-style: normal;">”, silahkan
beranggapan seperti itu.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Nyatanya
adalah iklan-iklan tersebut dan sejenisnya telah membuat propaganda
dan merusak pola pikir kita dengan atau tanpa disadari. Kenapa aku
bisa berkata demikian ? Silahkan lihat dilapangan bahwa produk
pemutih kulit laris manis, tidak hanya di toko-toko, mall, pedagan
kaki lima, sosmed menawarkan pemutih kulit.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Propaganda
yang terjadi adalah wanita cantik itu berkulit putih dan setiap pria
menyukai wanita yang berkulit putih. Secara tidak langsung ini adalah
</span><i>diskriminasi</i><span style="font-style: normal;"> untuk mereka-mereka (wanita) berkulit cokelat atau </span><i>sawo
matang</i><span style="font-style: normal;"> (tidak putih bercahaya).
Banyak wanita berlomba-lomba untuk memutihkan kulitnya agar terlihat
cantik dimata pria dan teman wanita lainnya. </span>
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Di
Indonesia mayoritas penduduk berkulit </span><i>sawo matang</i><span style="font-style: normal;">
dan hanya sebagian kecil yang berkulit putih. Mengapa iklan sabun dan
atau pemutih kulit selalu menggunakan model perempuan dengan kulit
putih bercahaya (efek camera, mungkin) ? Kemudian </span><i>secara implisit
menyampaikan pesan bahwa wanita cantik adalah wanita yang berkulit
putih, maka gunakanlah produk kami untuk menjadi wanita cantik</i><span style="font-style: normal;">. </span>
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Menyedihkan untuk kalian para wanita yang telah beranggapan seperti itu, belum
pernah baca majalah kecantikan di Eropa ? Majalah dan atau katalog
kecantikan di Eropa tidak melulu menggunakan model dengan berkulit
putih untuk produknya, mereka juga menggunakan model wanita yang
berkulit cokelat (lebih hitam/cokelat dari kulit </span><i>sawo
matang</i><span style="font-style: normal;"> orang Indonesia).
Silahkan </span><i>searching</i><span style="font-style: normal;"> produk kecantikan yang sudah ternama dan buka
dengan regional selain Inggris dan Indonesia.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-style: normal;">Saya
pikir cantik bukanlah dari warna kulit semata melainkan dari hati dan
perbuatan karena kita adalah orang Indonesia yang mempunyai nilai
budi pekerti yang luhur.</span></div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/11/iklan-tv-propagan-tersebesar-di.html">Post Selanjutnya</a></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-46828250408526847862013-11-06T09:06:00.000-08:002013-12-15T04:48:34.870-08:00Buang sampah sembarangan, salah siapa ?<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Beberapa waktu lalu saya mengunjungi
sebuah sekolah tingkat dasar (TK). Sebenarnya hanya kebetulan saja
karena saudara saya seorang pengajar di sekolah itu. Ini membuat saya
serasa kembali pada zaman kecil saat saya sekolah TK.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Disana diajarkan sebuah nilai dasar
kebaikan, "kalau membuang sampah harus pada tempat..... nya",
ingatku. Juga di sekolah itu, tak jauh berbeda dengan nilai dasar
kebaikan yang di ajarkan. Tak hanya sekedar dalam kalimat,
murid-murid yang polos itu juga diberikan contoh untuk membuang
sampah di tempat sampah yang disediakan.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dalam keseharian di sekolah jika ada
murid yang membuang sampah sembarangan guru selalu mengingatkan untuk
membuang sampah pada tempatnya. Ini tak jauh berbeda dengan masa
kecilku.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Bagaimana dengan kalian , kita, kalian
yang mengalami masa kecil seperti itu dan hidup di masa kini ?.
Apakah masih tersisah nilai dasar kebaikan masa kecil saat ini?.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Ini adalah pertanyaan yang cukup risau
dipikiranku. Saya sering naik gunung, traveling dalam kota juga luar
kota. Sampah seperti sebuah 'hiasan' disetiap perjalan saya, sampah
seperti sebuah pemandangan yang biasa disetiap kota.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Saat ini tak hanya kota-kota besar yang
menyediakan tempat sampah tapi kota yang sedang berkembang juga tak
ingin kalah untuk menjadikan kotanya bersih dan asri. Tapi kenyataan
yang ada? silahkan anda amati sendiri.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tempat sampah sudah disediakan tapi
mengapa masih saja ada sampah berserakan bahkan didekat tempat.
Apa
yang sebenarnya menjadi masalah ?. Saya tak mendapat jawaban pasti
dari pertanyaan itu sendiri, namun setelah saya amati disetiap tempat
saya mendapat kesimpulan.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Penyebabnya adalah sebuah kebiasaan
yang secara tidak langsung diwariskan turun temurun. Kenyataannya
hampir disetiap tempat umum ada orang dewasa dan anak-anak. Anak-anak
sudah dididik dalam sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya,
sedang banyak dari (kita) orang yang sudah dewasa, yang sudah
mengerti mana yang baik dan mana yang buruk dengan mudahnya membuang
sampah tidak pada tempatnya.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kebiasaan ini secara tidak langsung
akan ditiru anak-anak yang melihatnya. Dan yang saya tau, anak-anak
lebih mudah belajar dari apa yang dilihat dan didengar. Jika
anak-anak sering melihat orang yang lebih tua membuang sampah
sembarangan dengan mudah anak-anak pun beranggapan “oh, tidak
apa-apa buang sampah disana, disini, sama saja” atau juga bisa “oh,
orang dewasa buang sampah sembarang tidak apa-apa, berarti tidak ada
masalah” atau juga bisa “yang dewasa saja buang sampah
sembarangan”.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Anak-anak adalah pribadi yang masih
labil, perlu diberikan sebuah pondasi kebaikan untuk bekal dewasa
nanti. Anak-anak cenderung meniru dari yang dilihat.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kesimpulannya adalah jika anak-anak
sering melihat orang dewasa membuang sampah sembarangan, besar
kemungkinan hal tersebut akan mudah ditiru dikemudian hari ataupun
nanti saat dewasa. Anak-anak ini juga yang akan menjadi contoh (saat
dewasa) untuk anak-anak generasi berikutnya.
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b>Apakah kita sudah memberikan contoh
yang baik untuk anak-anak di sekitar kita ????</b></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-76767134251871716172013-08-15T14:19:00.001-07:002013-12-15T04:48:47.157-08:00Negeri Loh Jinawi<div>
Siapa yang tak kenal negeriku. Negeri yang kaya akan hasil bumi, Negeri yang subur makmur loh jinawi</div>
<div>
hahaha...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
oh ... itu benar!</div>
<div>
Dunia mengakui itu. Sekarang, coba lihat padaku, Apa menurutmu ?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku orang Indonesia yang pastinya juga turut menikmati kekayaan negeriku. Bukan malah ikut miskin lantaran menanggung dosa penghianat bangsaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
huuuuuuhhh ... </div>
<div>
Siapa kamu, berani - berani-beraninya menjual hasil bumiku. </div>
<div>
Siapa kamu, berani-beraninya menikmati hasil korupsimu sendiri, sedang aku hanya bisa melihat ngiris pasirku masuk gudang tetangga, hanya bisa mencium anyir lumpur busuk tiada mengering, hanya bisa mendengar gunung-gunung berpenyakit, disini batuk disana muntah.</div>
<div>
yaaa ... terlalu!!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nasib ... nasib ...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
- Negeri Loh Jinawi -</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-46857628334212410232013-07-17T17:14:00.000-07:002013-12-15T04:49:29.192-08:00Deret Sepi<br />
- Deret Sepi -<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dan senyum itu pecah, disambut jingga. Juga nafas membeku seolah insaf, menjadi abadi di sudut gubuk tua. Kantuk meretakkan alfa, juga senyummu, menikam sendu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biru memutih, dalam jingga di ujung barat, raja tenggelam, berkarat pelan dalam kubangan semesta, aku buta, pernah. Kulihat jingga mesrah bersama bidadari senja, berselimut doa, kaukah itu?. Pada akhirnya jingga menelan awan. Seperti deretan doa yang ku dendang bersama senja, kusampaikan rindu terma'tsurat </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak ada kata dalam gerimis lirih, hanya tetesan sepi tak bertepi. Tepi penuh dengan sepi, penuh dengan derita, bagaimana dengan kasih, tak seharuanya memunggungi sunyi. Langit menjerit, sakit, jingga menusuk di ujung barat, masa dimana kau buat mataku terbelanga, diawal senja. Jumpa pecah dalam air mata, jerit meraba asa, laci-laci doa mengangah, tak biasa. Dan kesunyian tenggelam dalam pekat hitam, menabur bercak ditiap telapak, suir-suir alfa menggantung bersama jelaga </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bulan berbisik tentang malam dan bintang; kasih merayu bersama takik rindu, membunyi sendu, puan tak tahu. Bulan nyalang di sela kayu-kayu beranting, mengapa senyum memega sedang aku setapak buta. Langit muram, bulan temaran, kalimat berubah, bagaimana dengan getar, tumpah?. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Burung bercerita tentang fajar yang menendang malam; bagaimana dengan takik-takik rindu yang ditelan subuh. Ayam-ayam berisik, bulan pergi begitu lirih, apakah pagi dipatriarki mentari, tersisah sepi semalam.</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-87869096836927585632013-07-17T16:51:00.002-07:002013-12-15T04:49:07.863-08:00Aku, Cemburu Cinta<br />
- Aku, Cemburu Cinta -<br />
<br />
Aku adalah lafadz-lafadz lama, sedang kamu adalah arti;<br />
bagaimana dengan singgasana tak bertahta<br />
Aku adalah lafadz-lafadz lama, sedang kamu adalah arti, <br />
bukankah semestinya satu<br />
Aku sampan bidar, mendebur bersama angin, akan seperti ombak,<br />
bergulung tak bertuan tanpa kau tiup torempetmu<br />
<br />
Cemburuh adalah berbagi rasa,<br />
juga darah meninggalkan jejak pada bilik kiri juga kanan,<br />
untuk tetap bergetar<br />
Cemburu adalah senja,<br />
saat terang berebut dengan malam,<br />
dan sepi tetap menelan satu atau dua<br />
Cemburu adalah flu,<br />
datang dengan api meninggalkan asap<br />
<br />
<br />
cinta adalah kematian tersimpan,<br />
sakit meringgit, langit, terpendam seduh sedan<br />
cinta adalah bara sedang kayu begitu ringkih,<br />
tak mau hilang bentuk, aku - meski membatutes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-37390525225864269522013-07-17T16:37:00.000-07:002014-01-13T12:03:57.672-08:00Annisa<div>
- Annisa -</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku pelacur, melacurkan rindu pada larik, tercekik</div>
<div>
Rindu ialah embun pagi kehilangan mentari</div>
<div>
Masing-masing semangat mengembik bersama, sepertinya pagi lupa</div>
<div>
cerita sepi semalan</div>
<div>
Parasmu semakin pudar, menjauh bersama kabut, </div>
<div>
sedang mataku menyeruak luas, seperti embun meninggalkan talas</div>
<div>
Cinta tak berlarik; cinta adalah hasrat yang mengembik</div>
<div>
Cinta bukan kata, buta; cinta adalah kecupan tersisah</div>
<div>
Cinta bukan puisi, tuli; cinta adalah dekapan jemari</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tak peduli masa, rindupun berjatuhan </div>
<div>
mendekap lampion kota dimana pijar berjelaga selalu</div>
<div>
Mengapa kau usik mimpi,</div>
<div>
kamu adalah rankaian mimpi yang bergemuruh</div>
<div>
Dalam sepi,sunyi mengernyit, berpadu,</div>
<div>
kamu adalah secangkir kopi yang membunuh rindu</div>
<div>
Dalam sepi,deret larik adalah pelipur,</div>
<div>
kamu adalah secangkir kopi yang meluluhkan bibir<br />
Senja mendengkur pelan, tertinggal dalam tetesan hujan<br />
rindu masih berembun di tiap aspal,<br />
dimakan jalan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Siang membakar garam, keringat merayap bercucuran,</div>
<div>
juga temu, melebur rindu pada masa</div>
<div>
Sudah seminggu kutitipkan rindu pada jibril,</div>
<div>
mengapa culumbus tak jua membekas kecupmu, </div>
<div>
aku masih di meja tua</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tak lagi ku jamah larik biner, dimana kulacurkan logika,</div>
<div>
bait nafas begitu jenuh di laci auramu</div>
<div>
kasih kebiri rindu, </div>
<div>
saat wajah tanggalkan senyum di sudut jantung tak berdetak</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-25592572555944041982013-07-17T16:18:00.001-07:002013-07-17T16:18:26.584-07:00mata (masih) sembab<br />
<div style="text-align: justify;">
Saat aku ingin tersesat, hanya untuk mengantar jenuh pada tapak-tapak kaki yang mengering perlahan. Dan akan ku hujani sepi dengan deret aksara tak bertuan, sembab mulut sampai juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan paksa air mata menemani sepi. Cangkir kopi pun surut dalam lumatan huruf, leduk bersama embun. Pagi, mendung semakin perih tersayat gerimis, ngilu mengalir bersama fajar. Secangkir kopi semakin surut dilumat kalimat pekat, tersirat. Jangkrik menertawakan hidupmu, langit tak bergeming, bintang turut dengan kerlipnya, ah!</div>
<br />
- mata sembab -<br />
<br />
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-79041963734401405072013-07-17T16:07:00.000-07:002013-12-15T04:49:54.611-08:00Mendung 11 Juni<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Air mata itu membeku pada bibir yang dingin, lantunan ayat sayonara yang tersimpan di laci-laci usang pada akhirnya mengantar keikhlasan. Benderapun tak penuh di ujung tiang. Untuk pria cengeng, basahi sapu tanganmu karena yang datang untuk kembali, sejatinya. Dan langit juga mengabarkan,seperti pada bintang yang bersinar terang. Tak hanya sekumpulan wajah, burung-burung, mentari serta sinarnya mengantarmu pada lubang keabadian. Semua orang butuh tempat ini untuk berkumpul bersama. Selamat bertemu Allah wanita tua.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
- mendung 11 Juni -</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-44570536739613413832013-06-22T17:15:00.000-07:002013-12-15T04:50:05.979-08:00Apakah emansipasi wanita wujud dari keadilan ?<br />
<div style="text-align: justify;">
[ndamar] - Menurut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emansipasi">wikipedia Emansipasi</a> ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu. Berarti emansipasi wanita adalah sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat bagi kelompok perempuan yang tak diberi hak secara spesifik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara emansipasi perempuan tak akan jauh dari sosok <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini">R.A. Kartini</a> yang disebut-sebut sebagai polopor emansipasi perempuan di Indonesia. Banyak yang mengatakan bahwa Kartini adalah sosok yang memperjuangkan hak-hak perempuan pada eranya. Tapi seiring kemajuan zaman yang juga mendorong kemajuan pola pikir membuat makna emansipasi melebar jauh dari esensi perempuan itu sendiri. Emansipasi perempuan menjadi “<i>kambing hitam</i>” juga <i>tameng</i> dalam berbagai aspek tindakan perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Emansipasi perempuan menuntut sebuah keadilan hak yang sama dengan laki-laki. Perempuan mempunyai hak seperti yang dilakukan oleh banyak laki-laki. Perempuan harus dipandang sama/sederajat dengan laki-laki. Sebagai contoh, perempuan tak sepatutnya membentak suami, menyuruh-nyuruh suami dengan dalih bahwa perempuan juga mempunyai hak dalam bersuara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh lagi perempuan mengumbar aurat dengan menggunakan pakaian serba minim (bertelanjang dada), mempertontonkan kepada laki-laki dengan dalih hak perempuan dalam berpakaian, bebas berekspresi seperti laki-laki (berpakaian). Perempuan juga menuntuk untuk dikatakan sama kuat dengan laki-laki, sedang dibanyak kasus ketika perempuan disuruh untuk mengangkat barang berat selaku berkilah “masak perempuan yang ngangkat, laki-laki kan lebih kuat”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan kata lain bahwa arti emansipasi perempuan telah tergerus menjadi persamaan keadilan perempuan atas laki-laki. Bukankah adil tidak selalu sama ?. Apakah jika kita mempunyai anak yang satu sudah SMA sedang yang satu masih SD lantas kita memberikan uang saku dengan jumlah yang sama atas dalih persamaan hak ?. Tentu tidak bukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu keadilan tidaklah harus sama melainkan sesuai dengan takaran dan kondisi. Perempuan tak perlu menuntut persamaan hak atas laki-laki karena perempuan tak mampu menghamili perempuan. Perlu kita sadari bahwa laki-laki dan perempaun mempunyai kodrat yang berbeda. Masing-masing kodrat mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan. Wanita mempunyai kodrat sebagai ujung tombak kasih sayang atas suami dan anak-anaknya sedang laki-laki menjadi benteng atas istri dan anak-anaknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu juga diingat bahwa negera indonesia adalah negara berbudaya dan berbudi perkerti luhur. Indonesia diikat dengan moral yang tumbuh dari budaya. Salah satu contoh, tidak pantas wanita berpakaian tidak sopan (serba terbuka/minim) dan tak perlu emansipasi menjadi kambing hitam untuk mengingkari budaya kita bukan ?.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keadilan yang dituntut R.A. Kartini adalah keadilan dalam berfikir, bermusyawarah serta pengakuan atas pemikiran yang pada saat itu wanita hanya sebatas dapur dan tembok rumah. Jika R.A. Kartini adalah sosok yang menjunjung tinggi emansipasi (keadilan) wanita lantas mengapa R.A. Kartini mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini saya artikan bahwa keadilan ditata dalam prinsip kehidupan yang telah kita anut, baik itu prinsip agama dan kebudayaan yang memberi dasar dalam nilai keadilan dari tiap segmen. Agama juga budaya memberikan nilai hak dan kewajiban yang berbeda kepada setiap individu untuk individu lainnya. [kanginan]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber : </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emansipasi">http://id.wikipedia.org/wiki/Emansipasi</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini">https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini</a></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-767076464370685182013-06-22T15:15:00.000-07:002013-06-22T20:09:40.074-07:00Kencur Buta- Kencur Buta -<br />
<br />
Asing<br />
Terasing<br />
Ku kenali,<br />
Tak dikenali<br />
Aku<br />
<br />
Tiga pasang mata<br />
Berbicara saja<br />
juga bangunan tua<br />
sekeranjang kue juga<br />
Riuh<br />
banyak mulut mengangah<br />
Tapi tetap saja,<br />
sendiri aku<br />
<br />
mata-mata itu<br />
hanya tak tahu<br />
Hidungku dikenali disini<br />
depan meja minum<br />
depan pagar<br />
dan disetiap lorong jalan<br />
yang biasa mereka lewati<br />
hahaha,,,<br />
Aku gila dengan sendirinyates the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-29719067939887219212013-06-21T03:15:00.002-07:002013-06-21T03:15:59.212-07:00Wajah Pendidikan Indonesia [bagian 3 - Habis]<div style="text-align: justify;">
[ndamar] - Terlepas dari sebuah pemikiran yang 'liberal' untuk sebuah kemajuan IQ, Indonesia adalah sebuah bangsa yang beragama. Ini sudah tertulis pada Pancasila sile pertama, yakni "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dari sini sudah jelas bahwa kita adalah warga negara yang beragama. Secara logika sudah kita ketahui bersama bahwa sebuah agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan 'horizontal' juga kehidupan 'vertikal'.</div>
<div style="text-align: justify;">
Agama mengajarkan, menganjurkan serta membimbing umatnya untuk taat beribadah. Esensi beribadah secara horizontal adalah sebuah tindakan berbuat baik sesama makhluk ciptaan Tuhan. Saling senyum adalah sebuah ibadah yang tersirat secara vertikal. Sedang esensi beribadah secara vertikal adalah sebuah penghambaan dengan penyembahan kepada pencipta sesuai dengan ketentuan dalam agama. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada Pancasila sila kedua berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Kita semua pasti sudah mengerti dengan kalimat ini. Manusia adalah sebaik-baik makhluk yang ada di bumi, dan sebaik-baik makhluk adalah yang beradab (mempunyai adab). Secara tidak langsung negara menuntut juga memaksa kita untuk berbuat adil dan beradab, pertanyaannya adalah apakah kita sudah menjadi warga negara yang baik dengan menghormati (melaksakan) sila kedua dari Pancasila ini ?. Begitu juga dengan agama yang mengajarkan nilai sebuah kebaikan agar kita menjadi makhluk yang lebih bernilai, yakni manusia beradab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali pada topik pendidikan indonesia dengan perumpamaan perusahaan di <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/06/wajah-pendidikan-indonesia-bagian-1.html">bagian 1</a> bahwa "<i>untuk mendapatkan sebuah hasil yang baik maka harus baik pula bahan/inputan tersebut</i>". Untuk menghasilkan SDM yang baik maka harus baik pula bahan/inputan untuk menjadikannya baik. Sudah kita ketahui bersama bahwa hakikat sebuah pendidikan menjadikan manusia menjadi manusia yang terdidik. Perilaku adalah sebuah barometer yang dapat digunakan untuk melihat apakah manusia itu terdidik atau tidak. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan melanjutkan pada bagian 3 ini ndamar menyimpulkan bahwa Indonesia (kita) telah kehilangan pondasi dasar sebuah pendidikan, yakni pendidikan agama yang mengajarkan nilai-nilai dasar sebuah budi luhur secara horizontal dan vertikal. Jika pondasi dasar dari pendidikan ini tak lagi dikenali nantinya Indonesia juga akan kehilangan berbagai macam budaya yang dimilikinya, mengingat budaya Indonesia adalah budaya yang juga mempunyai dasar sebuah budi luhur. Hal ini pun sudah nampak disekitar kita bagaimana kita tidak bisa membedakan <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2012/03/bedakan-modernisasi-dan-westernisasi.html">modernisasi dan westernisasi</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maju terus pendidikan Indonesia - [kangingan]</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-19479317019007582862013-06-17T00:12:00.000-07:002013-06-21T03:17:14.172-07:00Wajah Pendidikan Indonesia [bagian 2]<div style="text-align: justify;">
[ndamar] - <span style="text-align: justify;">Saya menarik kesimpulan bahwa ada yang kurang dalam proses sebuah pendidikan ini. Apa ? Sebuah moral. Mengapa sebuah moral perlahan kabur disetiap pendidikan ? Apa tidak ada mata pelajaran moral ? Saya yakin masih ada mata pelajaran kewarganegaraan, tapi apakah cukup ? Tidak!. Sebuah landasan agama yang saat ini terkikis oleh mata pelajaran yang lain dengan alasan mata pelajaran agama tidak begitu dibutuhkan dalam pekerjaan. Memang iya tapi agama sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam kehidupan.</span></div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Perna saya tanya Kepala Sekolah “ pak mengapa disini tidak ada mata pelajaran agama ?”, “kalau bapak ingin pelajaran agama, taruh saja anaknya di pesantren”, jawabnya. Sungguh ironis buat saya dengan jawaban ini. Agama mengajarkan dasar-dasar nilai sebuah nilai kebaikan, kejujuran, keteladanan, moral, etika dan kemanusiaan yang semua itu adalah sifat dasar yang dimiliki setiap manusia. Agama menjadi 'pemantik' serta penguat dalam membangun nilai dasar kemanusiaan tersebut.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kembali pada sebuah narasi pabrik/perusahaan. Sebuah SDM yang hanya menggunakan IQ dengan kemampuan belajar tanpa adanya EQ, bagaimana sebauh emosional dapat dikendalikan ? Pencabulan adalah dorongan emosional, pembunuhan adalah dorongan emosional. Apakah mereka tidak dapat mengendalikan emosional mereka ? Bukankah mereka adalah orang yang berpendidikan ?</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
EQ memberikan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi serta kemampuan untuk memimpin diri dan lingkungannya.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Bagaimana untuk dapat menyeimbangkan sebuah IQ dan EQ ? Jawabannya adalah dengan ESQ. ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya keseimabangan antara hubungan Horizontal (manusia dengan manusia) dan Vertikal (manusia dan Tuhan). Nilai spiritual didapat dari sebuah agama, dengan iman manusia lebih bernilai secara horizontal didukung dengan taqwa yang mempunyai nilai secara vertikal.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Agama memberikan sebuah pembelajaran akan sebuah nilai mendasar pada dasar kemanusiaan juga nilai dasar ketuhanan. Dari sini akan didapat sebauh hasil/output manusia yang tidak hanya cerdas, pintar dan berpendidikan melainkan SDM yang bernilai luhur, berbudi, bermoral, berkemanusiaan serta mempunyai nilai spiritual yang menjadi arah dalam kehidupan horizontal dengan nilai iman secara vertikal. <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/06/wajah-pendidikan-indonesia-bagian-3.html">Bagian 3</a> - [kanginan]</div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-926622711735133668.post-79540641116046396622013-06-17T00:09:00.000-07:002013-06-21T03:16:41.719-07:00Wajah Pendidikan Indonesia [bagian 1]<br />
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
[ndamar] - Baru saja pengumuman hasil ujian
terbesar di Indonesia yang diadakan <a href="http://www.kemdiknas.go.id/">dinas pendidikan nasional </a>disiarkan, ujian nasional tingkat SD, SMP dan
SMA. Ujian masuk Universitas tinggi pun sudah dibuka dengan banyaknya seleksi masuk. Kita ketahui bersama nilai standar kelulusan pada tahun 2013
masih dirasa sangat berat dengan variasi soal yang berbeda-beda ( 20
variasi) meski nilai standar kelulusan masih sama dengan tahun lalu
yakni 5,5.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Kita semua mengetahui bahwa untuk
meraih kelulusan tidaklah mudah, butuh sebuah perjuangan besar dalam
proses belajar untuk menghadapi ujian nasional. Bahkan untuk masih
perguruan tinggi harus melalui proses seleksi yang cukup ketat.
Dengan atau tanpa kita sadari bahwa mutu pendidikan kita saat ini
'dipaksa' menjadi baik untuk menghasilkan SDM yang mampu menjadi
penerus serta generasi bangsa Indonesia.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tapi dengan melihat angka kehajatan
yang telah terjadi akhir-akhir ini sunggu membuat saya berfikir bahwa
ada yang salah dengan pendidikan saat ini. Kita baca saja berita yang
masih hangat ditelinga kita yakni kasus kejahatan di surabaya, siswa
smp yang menjadi mucikari yang menjual temannya sendiri. Kemudian
kasus pencabulan di depok, pencabulan seorang guru dengan korban 15
orang. Di Nganjuk seorang guru mencabuli 25 muridnya dan yang mungkin
sedikit terlupa adalah pembunuhan mahasiswa IAIN oleh temannya
sendiri dengan sebab percintaan.</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Mereka-mereka yang berpendidikan justru
sangat banyak menjadi pelaku kejahatan. Seorang guru yang seharusnya
'digugu dan ditiru' menjadi pelaku pencabulan, seorang mahasiswa yang
seharusnya menjadi generasi harapan bangsa seolah tidak dapat
berfikir logis dengan membunuh kawannya sendiri. Siswa SMP yang
seharusnya sibuk dengan buku-bukunya, malah menjadi pebisnis 'lendir'
kotor.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Berbagai macam model pembelajaran yang
digunakan oleh lembaga pendidikan menjanjikan sebuah hasil output
yang sangat baik, menghasilkan lulusan/SDM yang mampu menjadi
generasi penerus bangsa untuk kemajuan bangsa. Saya ibaratkan sebauh
perusahaan/pabrik dalam menghasilkan sebuah produk pasti setuju
dengan konsep 'dengan input/bahan yang baik maka akan menghasilkan
output/hasil yang baik pula'.
</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Pertanyaannya adalah model pembelajaran
yang banyak saat ini mengakui model pembelajarannya sangat bermutu.
Tapi yang kita lihat dilapangan ? Banyak pelaku kejahatan dengan
pelaku yang sangat berpendidikan bahkan mereka-mereka yang duduk di
bangku pemerintahan yang diakui banyak masyarakat sebagai figur yang
kompeten justru banyak melakukan tindak kejahatan korupsi. <a href="http://ndamarkanginan.blogspot.com/2013/06/wajah-pendidikan-indonesia-bagian-2.html">Bagian 2</a> - [kanginan]</div>
<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
tes the bloghttp://www.blogger.com/profile/04349859056688986551noreply@blogger.com